Pages

    12 December 2010

    tHOU wRAPPED uP iN tHY rAINMENT!! ( 2nd part )

    Assalamualaykum....salam sejahtera

    selamat kembali, semoga dapat manfaat daripada tafsiran sambungan daripada bahagian 1...selamat beramal



    11.Dan biarkanlah Aku sahaja membalas orang-orang yang mendustakan (bawaanmu) itu, orang-orang yang berada dalam kemewahan dan berilah tempoh kepada mereka sedikit masa;

    Ayat ini memerintahkan supaya Muhammad SAW mengembalikan urusannya kepada Tuhannya dalam menghadapi pendusta-pendusta agama yang kaya raya dan bermegah-megahan dengan kekayaan itu. Karena Tuhanlah yang akan menyiksa mereka itu dengan azab yang telah Tuhan persiapkan untuk mereka Karenanya hendaklah Muhammad SAW membiarkan mereka bermegah-megahan dengan kekayaan mereka itu dalam waktu sementara, karena Allah pasti akan memenuhi janji-Nya mengazab mereka sebagaimana telah diperlihatkan-Nya kepada orang-orang mukmin pada hari peperangan Badar yang peristiwanya terjadi tidak lama setelah turun ayat ini.

    (Dan biarkanlah Aku) maksudnya biar Aku saja yang bertindak (terhadap orang-orang yang mendustakan itu) lafal al-mukadzdzibiin diathafkan kepada maf`ul atau kepada maf'ul ma`ah. Maknanya Akulah yang akan bertindak terhadap mereka; mereka adalah pemimpin-pemimpin kaum Quraisy (orang-orang yang mempunyai kemewahan) kemewahan hidup (dan beri tangguhlah mereka barang sebentar) dalam jangka waktu yang tidak lama, dan ternyata selang beberapa waktu kemudian, akhirnya mereka mati terbunuh dalam perang Badar.


    12. Kerana sesungguhnya di sisi Kami disediakan (untuk mereka) belenggu-belenggu dan Neraka yang menjulang-julang,

    13. Serta makanan yang menjadikan pemakannya tercekik dan azab seksa yang tidak terperi sakitnya.

    2 ayat ini menggambarkan tentang bermacam-macam azab Tuhan di akhirat nanti terhadap pendusta-pendusta tersebut, yaitu Allah berkuasa mengazab mereka karena Dia mempunyai belenggu untuk mengikat kaki mereka sebagai penghinaan terhadap mereka dan tidak ada kekhawatiran kalau-kalau mereka melarikan diri. Bahwa Allah mempunyai api neraka yang bernyala-nyala yang dapat menghanguskan dan merusak kulit muka, badan serta melemahkan sendi-sendi tulang mereka. Bahwa Allah mempunyai makanan-makanan dalam api neraka yang sifatnya mencekik kerongkongan yang tidak dapat dikeluarkan dan tidak dapat pula ditelan. Hal ini menimpakan azab Tuhan yang memedihkan terhadap bagian tubuh mereka

    14. (Azab itu tetap berlaku) pada hari bumi dan gunung-ganang bergoncang (serta hancur lebur) dan menjadilah gunung-ganang itu timbunan pasir yang mudah bersepah.

    Ayat ini menerangkan bahwa azab tersebut terjadi pada hari di mana bumi dan gunung berguncang sekeras-kerasnya sehingga gunung dan bukit menjadi berserakan, bercerai berai seperti tumpukan pasir yang beterbangan.

    15. Sesungguhnya Kami telah mengutus kepada kamu (wahai umat Muhammad), seorang Rasul yang menjadi saksi terhadap kamu (tentang orang yang mematuhi atau menolak seruannya), sebagaimana Kami telah mengutus kepada Firaun seorang Rasul.

    16. Maka Firaun menderhaka kepada Rasul itu, lalu Kami menyeksakannya dengan azab seksa yang seberat-beratnya.

    2 ayat ini menerangkan bahwa Allah telah mengutus kepada penduduk Mekah seorang Rasul yaitu Muhammad SAW untuk membawa mereka kepada jalan yang benar dan menjadi saksi atas mereka pada Hari Kiamat tentang sesuatu yang berhubungan dengan sikap mereka, baik mengenai ajakan Rasul atau menolaknya, sebagaimana Allah mengutus seorang Rasul kepada Firaun dan kaumnya ke jalan yang benar. Akan tetapi Firaun menentang kerasulan Musa A.S. karena itu Allah membinasakannya beserta pengikut-pengikutnya dengan menenggelamkan mereka ke dalam lautan. Oleh sebab itu hendaklah orang-orang penduduk Mekah mengambil pelajaran dari peristiwa ini.

    17. (Sekiranya kamu tidak ditimpa azab di dunia), maka bagaimana kamu dapat menjaga dan menyelamatkan diri kamu kalau kamu kufur ingkar (dari azab) hari yang huru-haranya menyebabkan kanak-kanak menjadi tua beruban?

    Ayat ini menegaskan bahwa orang-orang kafir tidak takut kepada datangnya Hari Kiamat; sedang pada hari itu mereka tidak akan merasa aman oleh sebab kekafiran mereka. Mereka tidak sanggup menolak azab Tuhan pada hari yang sangat dahsyat itu yang menjadikan anak-anak muda beruban. Langitpun pada hari itu pecah belah. Hal itu menunjukkan sangat dahsyatnya hari tersebut. Kedatangan hari tersebut, yaitu turunnya azab Tuhan kepada orang kafir dan ganjaran Tuhan berupa nikmat kepada orang mukmin, adalah janji Tuhan yang pasti dipenuhi-Nya. Karena Allah tidak memungkiri janji-Nya.

    18. Langit (yang demikian besarnya) akan pecah belah dengan sebab kedahsyatan hari itu. (Ingatlah), janji Allah adalah perkara yang tetap dilakukanNya.

    Ayat ini menegaskan bahwa orang-orang kafir tidak takut kepada datangnya Hari Kiamat; sedang pada hari itu mereka tidak akan merasa aman oleh sebab kekafiran mereka. Mereka tidak sanggup menolak azab Tuhan pada hari yang sangat dahsyat itu yang menjadikan anak-anak muda beruban. Langitpun pada hari itu pecah belah. Hal itu menunjukkan sangat dahsyatnya hari tersebut. Kedatangan hari tersebut, yaitu turunnya azab Tuhan kepada orang kafir dan ganjaran Tuhan berupa nikmat kepada orang mukmin, adalah janji Tuhan yang pasti dipenuhi-Nya. Karena Allah tidak memungkiri janji-Nya.

    19. Sesungguhnya (keterangan-keterangan yang mengandungi amaran) ini menjadi peringatan oleh itu sesiapa yang mahukan kebaikan dirinya dapatlah dia mengambil jalan yang membawa kepada Tuhannya (dengan iman dan taat).

    Tuhan menegaskan bahwa ayat-ayat terdahulu mengungkapkan berbagai hal tentang siksaan yang disediakan Allah bagi orang yang mendustakan-Nya, dan bahwa manusia tidak dapat menyelamatkan diri dari pada-Nya, adalah pengajaran atau peringatan, khususnya bagi orang yang ingin kembali kepada jalan Tuhannya.
    Menempuh jalan kepada Tuhan berarti: mengimani-Nya, mengerjakan perbuatan yang bersifat menaati-Nya, serta menundukkan diri kepada-Nya. Itulah upaya membawa seseorang untuk mencapai Mardatillah (keridaan Allah). Itulah jalan hidup yang lurus dan kokoh.

    20. Sesungguhnya Tuhanmu (wahai Muhammad) mengetahui bahawasanya engkau bangun (sembahyang Tahajjud) selama kurang dari dua pertiga malam dan selama satu perduanya dan selama satu pertiganya dan (demikian juga dilakukan oleh) segolongan dari orang-orang yang bersama-samamu (kerana hendak menepati perintah yang terdahulu); padahal Allah jualah yang menentukan dengan tepat kadar masa malam dan siang. Dia mengetahui bahawa kamu tidak sekali-kali akan dapat mengira dengan tepat kadar masa itu, lalu Dia menarik balik perintahNya yang terdahulu (dengan memberi kemudahan) kepada kamu; oleh itu bacalah mana-mana yang mudah kamu dapat membacanya dari Al-Quran (dalam sembahyang). Dia juga mengetahui bahawa akan ada di antara kamu orang-orang yang sakit dan yang lainnya orang-orang yang musafir di muka bumi untuk mencari rezeki dari limpah kurnia Allah dan yang lainnya lagi orang-orang yang berjuang pada jalan Allah (membela agamaNya). Maka bacalah mana-mana yang sudah kamu dapat membacanya dari Al-Quran dan dirikanlah sembahyang serta berikanlah zakat dan berilah pinjaman kepada Allah sebagai pinjaman yang baik (ikhlas) dan (ingatlah), apa jua kebaikan yang kamu kerjakan sebagai bekalan untuk diri kamu, tentulah kamu akan mendapat balasannya pada sisi Allah, -sebagai balasan yang sebaik-baiknya dan yang amat besar pahalanya dan mintalah ampun kepada Allah; sesungguhnya Allah Maha Pengampun, lagi Maha Mengasihani.

    Kalau pada ayat pertama surah ini Tuhan memerintahkan salat malam, maka ayat penutup ini menunjukkan betapa pengasihnya Allah kepada hamba-Nya. Dia memberikan keringanan pada hamba-Nya dengan tidak mewajibkan salat tahajud setiap malam, bila dinyatakan berat mengerjakannya.
    Tuhan menegaskan bahwa Dia mengetahui sebagian kaum muslimin bersama Nabi mengerjakan salat malam itu sepanjang 2/3 malam, atau 1/2 nya atau 1/3 nya. Waktu itu masih merupakan perintah wajib yang tentu saja terkadang-kadang terasa berat.

    Di sini diberitahukan pula bahwa pada hakikatnya Allah sendiri yang mengetahui secara pasti berapa sesungguhnya lama malam dan siang itu. Manusia tidak mungkin mengetahui secara teliti.
    Ketika ayat pertama surah Al Muzzammil turun, para sahabat mengerjakan salat sesuai dengan petunjuk-petunjuk dalam ayat 2 sampai dengan 4. Hal itu kadang-kadang memberatkan, sekalipun salat tahajud itu khusus difardukan kepada Rasulullah SAW, dan disunahkan bagi umatnya. Banyak di antara para sahabat tidak mengetahui dengan pasti berapa ukuran 1/2 atau 1/3 malam itu. Sehingga oleh karena takut luput dari waktu salat malam yang diperintahkan itu, ada di antara mereka yang berjaga-jaga sepanjang malam. Hal itu amat melelahkan tubuh mereka, sebab mereka bangun sampai fajar. Tentu saja bangun dan berjaga-jaga demikian melemahkan fisik. Untuk meringankan itu, Allah menurunkan ayat ini, firman-Nya:

    Artinya:
    ............ "Allah mengetahui bahwa kamu sekali-kali tidak dapat menentukan batas-batas waktu itu, maka Dia memberikan keringanan kepadamu...".
    (Q.S. Al-Muzzammil: 20)

    Dari ayat 20 ini dapat pula diambil pengajaran lain, bahwa mengerjakan perintah fardu itu tidak boleh melebihi dari batas ukuran yang ditentukan agar tidak memberatkan diri sendiri. Oleh karena itu Tuhan memerintahkan bagi yang biasa salat malam apabila terasa agak memberatkan boleh dikurangi lama waktunya, sehingga dikerjakan tidak dalam keadaan terpaksa. Begitulah Allah memudahkan sesuatu yang berat menjadi ringan, agar seseorang selalu mengerjakan yang mudah itu.

    Begitu pula dalam bacaan salat malam (termasuk Magrib dan Isya), hendaklah dibaca ayat-ayat yang mudah-mudah saja tetapi bukan berarti yang termudah. Umpamanya seseorang sahabat bernama Qais bin Hazim salat berjemaah yang diimami oleh Ibnu `Abbas mengatakan bahwa Ibnu `Abbas membaca beberapa ayat dari permulaan surah Al Baqarah setelah Al Fatihah. Selesai salat Ibnu Abbas mengajarkan kepada yang mengikutinya:

    Artinya:
    ...... "Bacalah olehmu mana yang mudah dari (ayat-ayat Alquran itu).
    (H.R. Baihaqy dan Daruquthny)
    Berapa ukuran ayat-ayat yang mudah itu tidak dijelaskan lebih lanjut, demikian pula apakah untuk salat fardu atau salat tahajud dan sunah-sunah lainnya. Boleh jadi membaca mana yang mudah dari ayat-ayat Alquran berlaku untuk beberapa salat wajib dan beberapa salat sunah (seperti salat tahajud).
    Kemudian disebutkan pula uzur (halangan) yang kedua yakni karena sakit, sehingga diringankan tuntutan mengerjakan salat malam itu. Dan uzur yang ketiga adalah karena sibuk mencari rezeki di siang hari. Keempat karena sedang berjuang dengan senjata (fisik) membela dan mempertahankan agama Allah dari serangan musuh.

    Begitulah dengan faktor-faktor: sakit, sibuk mencari rezeki dan sedang berjihad di jalan Allah, menyebabkan seseorang terlalu sukar baginya bangun pada malam hari mengerjakan salat tahajud. Demikianlah pula ternyata ayat ini tidak membeda-bedakan usaha berjihad mengangkat senjata melawan musuh dengan berdagang mencari rezeki, sebab keduanya bermanfaat bagi kaum muslimin, asal dikerjakan menurut perintah Ilahi. Berjuang berarti mempertahankan agama, sedang berdagang atau berusaha dapat membiayai kegiatan agama (dengan zakat, sedekah dan lain-lain). Jadi nilainya sama.
    Umar berkata:

    Artinya:
    Tidak ada keadaan (yang lebih aku senangi) datang kepadaku selain dari mati setelah jihad di jalan Allah (hal itu) lebih aku senangi dari pada aku berada antara dua gunung (aku berjalan dan satu tempat ke tempat yang lain) dengan maksud agar aku mendapatkan rezeki/karunia dari Allah. Beliau kemudian membaca firman Allah (yang artinya) "Dan mereka yang lain berjalan di muka bumi untuk mencari karunia Allah".
    (H.R. Baihaqy)

    Setelah Allah menyebutkan tiga sebab yang mendatangkan rukhsah (keringanan) dalam beribadat pada malam hari yang berarti pula terangkatnya kewajiban salat malam di masing-masing pundak umat itu, maka ayat ini menyebutkan pula apa yang mereka kerjakan setelah mendapat keringanan tersebut yakni hendaklah membaca Alquran dalam salat mana yang mudah-mudah saja.
    Disusul pula dengan perintah menegakkan salat dan mengeluarkan zakat. Selain itu dianjurkan pula. untuk memberikan pinjaman kepada Allah, dalam bentuk memberikan nafkah (bantuan) bagi kepentingan fi sabilillah baik sendiri-sendiri maupun secara bersama-sama. Dengan qirad (bantuan dan pinjaman) itulah agama ini bisa ditegakkan, urusan sosial kemasyarakatan dapat ditegakkan. Dalam ayat lain ditambahkan pula keterangan, yakni:

    Siapakah yang mau memberi pinjaman kepada Allah, pinjaman yang baik (menafkahkan hartanya di jalan Allah) maka Allah akan gandakan pembayaran kepadanya dengan lipat ganda yang banyak. Dan Allah menyempitkan dan melapangkan (rezeki) dan kepada-Nyalah kamu dikembalikan.
    Kemudian Tuhan menganjurkan supaya memperbanyak sedekah (memberikan harta kepada yang memerlukannya di luar zakat yang wajib) serta memperbanyak amal saleh.
    Apa yang dinafkahkan dan dikurbankan untuk kepentingan diri sendiri dengan bersedekah akan diperoleh kembali balasannya di sisi Allah, adalah lebih baik dibandingkan dengan apa yang dihabiskan untuk kepentingan duniawi, dan dengan demikian seseorang semakin memperbesar persiapannya untuk menuju kampung yang kekal dan abadi.

    Penutup ayat ini menganjurkan agar kita memperbanyak istigfar (mohon ampun kepada Allah), karena dosa dan kesalahan yang kita kerjakan terlalu banyak istigfar yang diterima Allah itulah yang akan menutup aib seseorang tatkala diadakan perhitungan dan pertanggungjawaban amal manusia di hadapan Allah kelak. Allah-lah Yang Maha Pengampun; Dialah yang menutupi dosa seseorang atau menguranginya. Dialah yang Maha Pengasih, yang tidak lagi seseorang akan disiksa bilamana tobatnya telah diterima.

    (Sesungguhnya Rabbmu mengetahui bahwasanya kamu berdiri, salat, kurang) kurang sedikit (dari dua pertiga malam, atau seperdua malam, atau sepertiganya) jika dibaca nishfihi dan tsulutsihi berarti diathafkan kepada lafal tsulutsay; dan jika dibaca nishfahu dan tsulutsahu berarti diathafkan kepada lafal adnaa. Pengertian berdiri atau melakukan salat sunat di malam hari di sini pengertiannya sama dengan apa yang terdapat di awal surah ini, yakni sesuai dengan apa yang telah diperintahkan Allah kepadanya (dan segolongan dari orang-orang yang bersama kamu) lafal ayat ini diathafkan kepada dhamir yang terkandung di dalam lafal taquumu, demikian pula sebagian orang-orang yang bersamamu. Pengathafan ini diperbolehkan sekalipun tanpa mengulangi huruf taukidnya, demikian itu karena mengingat adanya fashl atau pemisah. Makna ayat secara lengkap, dan segolongan orang-orang yang bersama kamu yang telah melakukan hal yang sama. Mereka melakukan demikian mengikuti jejak Nabi saw. sehingga disebutkan, bahwa ada di antara mereka orang-orang yang tidak menyadari berapa rakaat salat malam yang telah mereka kerjakan, dan waktu malam tinggal sebentar lagi. Sesungguhnya Nabi saw. selalu melakukan salat sunah sepanjang malam, karena demi melaksanakan perintah Allah secara hati-hati. Para sahabat mengikuti jejaknya selama satu tahun, atau lebih dari satu tahun, sehingga disebutkan bahwa telapak-telapak kaki mereka bengkak-bengkak karena terlalu banyak salat. Akhirnya Allah swt. memberikan keringanan kepada mereka. (Dan Allah menetapkan) menghitung (ukuran malam dan siang. Dia mengetahui bahwa) huruf an adalah bentuk takhfif dari anna sedangkan isimnya tidak disebutkan, asalnya ialah annahu (kalian sekali-kali tidak dapat menentukan batas waktu-waktu itu) yaitu waktu malam hari. Kalian tidak dapat melakukan salat malam sesuai dengan apa yang diwajibkan atas kalian melainkan kalian harus melakukannya sepanjang malam. Dan yang demikian itu memberatkan kalian (maka Dia mengampuni kalian) artinya, Dia mencabut kembali perintah-Nya dan memberikan keringanan kepada kalian (karena itu bacalah apa yang mudah dari Alquran) dalam salat kalian (Dia mengetahui, bahwa) huruf an adalah bentuk takhfif dari anna, lengkapnya annahu (akan ada di antara kalian orang-orang yang sakit dan orang-orang yang berjalan di muka bumi) atau melakukan perjalanan (mencari sebagian karunia Allah) dalam rangka mencari rezeki-Nya melalui berniaga dan lain-lainnya (dan orang-orang yang lain lagi, mereka berperang di jalan Allah) ketiga golongan orang-orang tersebut, amat berat bagi mereka hal-hal yang telah disebutkan tadi menyangkut salat malam. Akhirnya Allah memberikan keringanan kepada mereka, yaitu mereka diperbolehkan melakukan salat malam sebatas kemampuan masing-masing. Kemudian ayat ini dinasakh oleh ayat yang mewajibkan salat lima waktu (maka bacalah apa yang mudah dari Alquran) sebagaimana yang telah disebutkan di atas (dan dirikanlah salat) fardu (tunaikanlah zakat dan berikanlah pinjaman kepada Allah) seumpamanya kalian membelanjakan sebagian harta kalian yang bukan zakat kepada jalan kebajikan (pinjaman yang baik) yang ditunaikan dengan hati yang tulus ikhlas. (Dan kebaikan apa saja yang kalian perbuat untuk diri kalian, niscaya kalian akan memperoleh balasannya di sisi Allah sebagai balasan yang jauh lebih baik) dari apa yang telah kalian berikan. Lafal huwa adalah dhamir fashal. Lafal maa sekalipun bukan termasuk isim makrifat akan tetapi diserupakan dengan isim makrifat karena tidak menerima takrif (dan yang paling besar pahalanya. Mohonlah ampun kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang) kepada orang-orang mukmin.

    -finished-

    p/s; tutor, PAH esok....lalala~~

    0 ungkapan:

    Powered By Blogger

    .

    Labels

    Tags:
    Powered by Blogger.